Mantap! Siswa SDIT Sragen Sabet Perak Olimpiade Sains di Vietnam
Gadis berusia 12 tahun ini terpilih sebagai satu dari 24 pelajar yang mewakili Indonesia dalam kompetisi yang digelar di Hanoi pada 28-29 November lalu itu.
Keisya, yang turun dalam tim IPA Indonesia, berhasil menyisihkan ratusan peserta dari 24 negara, yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Bulgaria, China, Filipina, Hong Kong, India, Iran, Kamboja, Kazakhstan, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Tajikistan, Thailand, Uni Emirat Arab (UEA), dan Vietnam.
Mengikuti rangkaian lomba selama dua hari, Keisya berhasil meraih medali perak. Dari 12 anggota tim IPA Indonesia, enam siswa mendapatkan medali perak, sementara sisanya meraih perunggu. Keisya menjadi satu-satunya perwakilan Jawa Tengah di tim IPA yang mendapatkan medali.
"Alhamdulillah dapat perak. Bangga sih karena bisa menyumbang prestasi untuk Indonesia," ujar Keisya ditemui di sekolahnya, Kamis (5/12/2109).
Menurutnya, bisa bersaing dengan peserta dari banyak negara merupakan kebanggaan tersendiri, terutama Singapura, Vietnam, dan China, yang dianggapnya sebagai pesaing ketat.
"Nggak banyak kendala. Mungkin hanya soal bahasa, karena soalnya pakai bahasa Inggrisnya science gitu, sedangkan kita nggak boleh bawa kamus," kata Keisya.
Anak tunggal pasangan Wahyu Dwi Prabowo dan Adini ini berujar kemampuan generasi muda Indonesia sebenarnya tidak kalah jauh dengan bangsa lain. Terbukti dengan banyaknya peserta dari Indonesia yang mendapatkan prestasi di ajang ini.
"Mungkin kalau dengan Amerika kita kalah di bidang teknologinya. Tapi secara keseluruhan, kemampuan kita bisa bersaing kok dengan negara lain, tergantung pelatihannya juga," tambahnya.
Prestasi ini pun membuat Keisya semakin semangat untuk berusaha lebih baik lagi. Dirinya berkomitmen akan terus memperkaya ilmu, dan bercita-cita ikut kompetisi internasional jenjang berikutnya.
Diwawancarai terpisah, guru pembimbing Keisya, Mutia Iska Sari, prestasi yang diraih anak didiknya merupakan buah dari upaya panjang pihak sekolah. Keisya merupakan hasil pembibitan siswa unggul yang mendapatkan porsi latihan khusus sejak masih duduk di kelas III.
"Jadi mulai kelas III kami saring lima anak yang memiliki keunggulan di bidang matematika dan IPA. Kelas IV kami saring jadi 2 anak. Kelas V terpilih satu anak yang kita mulai ikutkan lomba-lomba," ujar Mutia.
Sejak duduk di kelas III, anak yang terpilih mulai diberi materi satu tingkat di atasnya. SDIT Az-Zahra bahkan memiliki tim pembimbing yang khusus mengawasi perkembangan anak-anak berbakat ini.
"Memang tim, dari nol kami cari bibit. Karena anak-anak cerdas itu tidak bisa diukur dengan nilai. Keisya ini awalnya unggul di biologi, tapi pelan-pelan kami asah fisikanya," terang Mutia.
Mutia menerangkan, sebelum turut bagian dalam IMSO, Keisya meraih emas di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Yogyakarta, Juli 2019. Keisya meraih medali emas, menyisihkan 112 peserta se-Indonesia.
"Setelah juara di OSN, Keisya menjalani serangkaian seleksi sebelum akhirnya terpilih sebagai bagian dari tim Indonesia yang dikirim di ajang IMSO," kata Mutia.
sumber: detik.com
0 komentar :
Posting Komentar