Lima ratus guru lebih Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Korda Semarang 2 yang meliputi Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga menyimak materi dari narasumber dalam peringatan hari guru |
Salatiga-Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia Korda
Semarang 2 yang meliputi wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga, Sabtu
(24/11) menggelar kegiatan bertajuk Silaturrahim Akbar Guru JSIT Indonesia
Korda Semarang 2 di Gedung Pertemuan Rumah Sakit Paru Ario Wirawan (RSPAW)
Ngawen Salatiga. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 500 guru yang berasal dari
Sekolah Islam Terpadu (SIT) yang tergabung dalam JSIT Indonesia Korda Semarang
2.
MH Trimo, Ketua Panitia dari
kegiatan ini yang juga Kepala SDIT Permata Bunda Bawen mengatakan bahwa
kegiatan ini digelar untuk menyambut peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2018
dan untuk memberikan pembinaan kepada guru-guru SIT. Kegiatan ini menghadirkan
Muh. Haris, Wakil Walikota Salatiga sebagai Keynote Speaker dan Dr. Muqoddam
Cholil, MA, Dewan Pembina JSIT Indonesia sebagai narasumber utama dalam
kegiatan tersebut.
“Kegiatan ini sebagai ajang
silaturrahim bagi guru-guru SIT yang tersebar di dua wilayah yaitu Kabupaten
Semarang dan Kota Salatiga di bawah naungan JSIT Indonesia. Selain itu juga
sebagai spirit menyambut peringatan Hari Guru Nasional tahun 2018. Dengan
mengangkat tema Keteladanan Guru di Era Millenial, panitia menghadirkan dua
tokoh yaitu Muh. Haris (Wakil Walikota Salatiga) dan Dr. Muqoddam Cholil, MA
(Dewan Pembina JSIT Indonesia) untuk memberikan pembinaan kepada para guru yang
hadir,” kata MH Trimo.
Muh. Haris, Wakil Walikota Salatiga
dalam paparannya menyampaikan bahwa guru adalah pekerjaan mulia. Di zama yang
serba modern seperti ini dibutuhkan kesungguhan para guru untuk mengantarkan
para siswanya menjadi generasi yang terbaik. Lebih-lebih Indonesia pada tahun
2045 nanti akan mendapatkan bonus demografi yang mana Indonesia akan memiliki
banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berusia produktif. Oleh karena itu guru
dituntut tidak hanya mentrasnfer ilmu melainkan juga harus mampu menanamkan
pendidikan karakter dan memberikan keteladanan kepada peserta didiknya.
“Di zaman yang oleh banyak orang
disebut dengan zaman millennial, guru dituntut untuk tidak hanya mentransfer
ilmu melainkan juga harus menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik.
Pada perayaan seratus tahun Indonesia merdeka nanti, Indonesia akan mendapatkan
bonus demografi. Oleh karenanya para peserta didik harus disiapkan untuk
menjadi pemimpin masa depan yang berkarakter dengan memberikan keteladanan
kepada mereka,” kata Muh. Haris.
Hal senada juga disampaikan oleh
Muqoddam Cholil, Dewan Pembina JSIT Indonesia. Ia menyampaikan bahwa profesi
sebagai guru merupakan profesi yang mewarisi para nabi dan rasul. Guru akan
mendapatkan pahala yang terus mengalir meskipun mereka telah meninggal. Maka
para guru harus bersyukur karena telah dipilih oleh Allah untuk menjalankan
misi para nabi dan rasul. Guru yang baik adalah mereka yang tidak hanya
mengajar tetapi juga terus belajar. Guru seperti cermin. Sedangkan para murid
akan bercermin dari profil seorang guru. Maka berikanlah keteladanan yang
terbaik kepada mereka karena itu akan menjadi investasi yang terbaik bagi para
guru kelak di akhirat.
“Guru itu profesinya para nabi dan
rasul. Maka kalian harus bersyukur telah dipilih oleh Allah untuk menjadi
pengajar dan pembelajar. Guru yang baik adalah guru yang terus mau belajar agar
bisa memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya. Guru merupakan cerminan
bagi peserta didiknya. Kalau guru itu baik maka insya Allah para peserta didik
akan tumbuh baik dan berkarakter,” kata Muqoddam Cholil.
Acara diakhiri dengan pemberian
doorprise bagi peserta yang beruntung dan trophy kejuaraan Olimpiade Sains
Sekolah Islam Terpadu (OSSIT). Kegiatan ini juga dihadiri oleh Ketua JSIT
Indonesia Wilayah Jawa Tengah, Sigit Cayantoro.
0 komentar :
Posting Komentar