Cinta dan Harap dalam Lisensi Sekolah Islam Terpadu (Catatan ke-1 Asesor Lisensi)

Kegiatan Lisensi di TKIT Az Zahra Sragen
Judul tulisan mewakili perasaan saya hari ini. Hadir sebagai asesor lisensi sekolah Islam terpadu Indonesia adalah point kebersyukuran yang hadiahkan ragam kebahagiaan dan kepuasan emosi. Dua tahun menjadi asesor lisensi Sekolah Islam Terpadu semakin menguatkan kesadaran saya, bahwa menjadi bagian dari sekolah Islam terpadu adalah perjalanan terbaik dalam sejarah hidup, termasuk menjadi asesor lisensinya.
Saya pikir hal ini wajar adanya, karena dalam tiap putaran kegiatan visitasi lisensi, saya menemukan begitu banyak kekayaan hati yang dipertontonkan oleh guru guru dan pengelola lembaga Sekolah Islam Terpadu se-Indonesia. Bertebaran kebaikan mereka dimana-mana, keikhlasan yang tampak terjaga, kesungguhan yang kokoh dipegang begitu kuatnya. Hal ini tidak hanya mereka berikan pada anak didiknya semata, namun juga kemuliaan yang sama diberikan guru-guru hebat itu pada petugas cleaning service sekolahnya.
Sebuah TKIT di Sragen misalnya sebagai salah satu contoh lokasi visitasi saya hari ini. Tampak para guru sangat serius mengembangkan kualitas bacaan dan hafalan qur’an bapak tukang kebun sekolah, meski sang bapak saat ini sudah berusia 50-an tahun lebih, daya tangkap dan daya dengar juga mungkin sudah tidak maksimal lagi, namun tidak menghentikan langkah para guru untuk terus mendampingi, berharap kemampuan bacaan dan hafalan Qur’an lelaki tua itu menjadi bertambah baik, sehingga lelaki tua itu tetap bisa menjadi tauladan kebaikan bagi anak-anak didik yang tiap hari menyapanya di lingkungan sekolah.
Upaya serius dilakukan guru mulai dari memberikan senyum tulus penguatan “Ayooo pak, semangat terus”, atau dengan terus mengajak Bapak duduk bersila melingkar bersama, agar tilawah dan mengajinya mengalami peningkatan. Tak henti dengan upaya itu, guru-guru milenial itu juga menghadirkan sosok laki-laki tua itu dalam online group yang mereka sebut ONLINE SARI TAAT (Sehari satu Ayat). Pada online SARIT TAAT sang Bapak diminta unutk voice record, atau update di group tentang perkembangan hafalan dan kualitas bacaan Qur’annya.
Begitulah, begitulah guru-guru Sekolah Islam Terpadu ini bekerja, semoga niatnya terjaga dengan baik, melakukan hal itu kepada si bapak, bukan hanya karena akan ditanyakan dalam proses lisensi ini, namun juga tergerak dari hati nurani, untuk berdakwah tak kenal henti, tak pilih posisi dan umur mutarabbi. Lantas, jika demikian rupa cara mereka menghadirkan kebaikan untuk bapak tua cleaning service sekolahnya, bagaimana semangat yang mereka tularkan pada anak didiknya? Hmmmmm….
Dan, sebagai asesor, saya belajar banyak dua hari ini. Sekolah ini ukurannya tidak begitu luas, bahkan beberapa jejer bangunan kelas terasa sempit menghimpit. Ketika kita berpapasan dengan tamu yang lain di ruang tamu sekolah, bisa jadi akan saling bertabrakan saking sempitnya sudut ruang itu. Yahhh, begitulah gambaran hiperbolik saya. Meskipun demikian, sempitnya kawasan sekolah tidak menghalangi anak anak untuk tetap senang berada di lingkungan sekolah, tidak menghalangi keceriaan mereka bermain, tidak menggerus kebahagiaan dalam belajar, tidak mengganggu mereka menjalankan kewajiban. Dan yang paling kerasa adalah iklim keislamannya sungguh kuat dengan aroma akhlak yang “menggiurkan” orang tua manapun, yang berharap anak-anak mereka tumbuh dan berkembang dalam nuansa sekolah syarat syariat tanpa kehilangan nasionalisme bermartabat.
Dan, sebagai asesor, ini adalah kali pertama saya hadir di sini, tak pernah membayangkan bagaimana rupa dan tata seluruh stakeholder sekolah sebelumnya. Kondisi ini tentu tidak hadirkan sesuatu yang istimewa dalam jiwa sebelumnya, namun muncul satu kesadaran dan perasaan baru selepas dua hari menjalankan proses lisensi. Mungkin, kesadaran dan perasaan ini hadir, bisa jadi disebabkan karena kami memiliki banyak kesamaan (similaritas). Sehingga hati dan telepati terhubung dengan lebih cepat. Satu hal yang ingin saya ceritakan, bahwa usai dua hari lisensi, hadir ragam hadiah hati bernama mahabbah ukhwah ilallah antara asesor dengan asesi.
Asesmen atau visitasi lisensi Sekolah Islam Terpadu, telah mengajarkan dan membukakan begitu banyak pintu kebaikan buat saya manusia biasa ini. Jika menggunakan sudut pandang sebagai manusia biasa, saya bisa saja mengatakan “Ngapain capek-capek lisensi, bayarnya mahal Bro, harus daftar, harus menanggung fee transportasi, akomodasi dan fee profesional para asesor, hingga para guru bekerja minimal hitungan bulan, untuk mencicil segala dokumen kebaikan sekolah”.
Tentu semua membutuhkan dana yang tidak kecil. Apakah angka puluhan juta menjadi wajar dalam proses ini, saya tidak bisa menjawab itu secara pasti. Yang pasti, jika sekolah ingin mengikuti proses akreditasi BAN, tidak perlu mengeluarkan dana untuk bayar.
Tapi begitulah Allah, jika telah berkehendak, bisa menggerakkan dan menghidupkan hati sedemikian rupa untuk menyantap kebaikan yang disajikan program lisensi ini, hingga harapan kesimpulan pada akhirnya muncul dengan bunyi “Sekolah saya sudah terjamin mengimplementasi konsep TERPADU”. “Sekolah saya bukan Sekolah Islam Terpadu “kawe kawe”. “Sekolah saya original JSIT nya, otentik integrasi program keislamannya, dan terukur kiprah sosial guru-gurunya”
##Jika sekolahmu adalah Sekolah Islam Terpadu, sudahkan terlisensi BLSIT?

By : Lalu Yulhaidir, M.Psi,Psikolog
Pengurus Divisi Inklusi, Bidang Mutu JSIT Indonesia

sumber: jsit-indonesia.com
Share on Google Plus

About Dwi Pujiyanto

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar